Posts

Showing posts from 2013

Oh Resolusi...

Image
Kemarin ada teman lama yang lewat telpon menanyakan berapa banyak resolusi saya tahun depan?  "Tergantung ukuran gambarnya, berapa pixel gitu," jawab saya - ngeselin tentu saja. Tentu saja maksudnya bukan ukuran foto dan sejenisnya. Tapi resolusi lain, alias keinginan.  Belasan tahun lalu, setiap kali menjelang tahun baru, saya termasuk orang yang sibuk dengan berbagai rencana dan bikin resolusi. Tapi lantaran jarang bisa melaksanakannya dengan baik, lama-lama saya lupakan segala macam tetek bengek yang namanya resolusi itu. Lha percuma saja, tiap tahun daftar resolusinya (waktu itu) terus nambah, dari ingin turun berat badan, berhenti merokok, tidak beli majalah-majalah gosip, sampai ganti hidung -- nggaklah yang paling belakang, emang saya Atut?  Tentu saja saya tidak sendirian. Sebagian teman saya ternyata juga menyerah. Tapi sebagian masih tetap gigih dan keukeuh beresolusi. Terutama menjelang tahun 2000, saya ingat betul salah seorang teman saya beresolusi ingin j

BARTER ILMU #1 : belajar merokok

Image
Saya rasa pada suatu masa hampir semua orang pasti pernah melakukan aksi coba-coba. Dari mencoba kostum yang nggak nyambung, nyolong jambu tetangga sampai...merokok. Pada masing-masing masanya, saya pernah mencoba tiga hal yang saya sebutkan di atas. Tapi diantara ketiganya, menurut saya yang paling susah adalah yang terakhir. Namun, rasa penasaran dari sekedar menyelipkan rokok di mulut sampai rasanya, mengalahkan segalanya. Apalagi, kala itu hampir semua teman kuliah tampaknya juga merokok. Nggak mau ketinggalan dong.  (Ini memang bukan kisah yang layak diteladani. Apalagi sekarang larangan merokok semakin menyeruak. Akan tetapi... ini sebuah kenangan yang unik dan menurut saya, layak 'dibagi' ke sesama.)  Beruntunglah, akhirnya di semester tiga, saya kost bareng teman sekampus. Panggil saja Ely, yang bukan hanya lantas jadi teman nyari makan di warteg, teman begadang, teman sepenanggungan di kost-kostan tapi juga teman yang penasaran akan gaya dan rasa rokok. Dan be

barbie-licious atau babu-licious?

Image
Okay, belakangan muncul istilah-istilah baru yang di luar dugaan, maksudnya dugaan saya sebagai manusia biasa yang bukan pakar bahasa. Yah sebut saja :  beauty-licious , lalu bootylicious - ini setelah muncul trend selebritis berbokong gede : J-Lo dan Beyonce. Bahkan konon ' bootylicious ' sudah resmi jadi kata bahasa Inggris (Amerika) baru. Akibatnya, kalau ada seleb berbokong bagus, atau difoto pas  angle -nya bagus langsung muncul  caption 'bootylicious ' tadi.  Nah, belakangan lagi, saya dengar-dengar dari sumber yang tak begitu resmi, muncul istilah baru yang hadir gara-gara selebritis yang terobsesi untuk menjadikan fisik mereka ala boneka Barbie : barbie-licious.  Diawali oleh Pamela Anderson yang merombak dadanya ala melon, dan membuat para dokter plastik kewalahan dengan orderan serupa. Saya pernah membaca, Pamela adalah contoh 'manusia barbie' masa kini : rambut panjang 'nandan-nandan', dada bundar, pinggang kecil dan paha ramping. Dan b

Mangga yang Paling Berharga

Image
Lagi-lagi soal mangga. Dan lagi-lagi ini kisah tahun silam ketika saya masih tinggal di area ring road utara Jogja. Tahun lalu, seperti pernah saya ceritakan, pohon mangga di area tempat tinggal saya benar-benar membahana. Musim yang penuh dengan panen berbagai jenis mangga. Kata tetangga saya, seorang tukang pijit yang sudah puluhan tahun tinggal di area tersebut, kalau satu pohon dijual (mangganya) minimal 200 ribu, tapi dengan catatan : pasrah bongkokan, semua boleh diangkut. Saya mendengarkan penjelasan tersebut sambil garuk-garuk kepala. Bukan apa-apa, selain malas berhitung, saya kala itu juga tak ada niatan mengilokan hasil pohon mangga saya.  Selain mangga, di area kami tersebut juga penuh dengan pemulung yang datang silih berganti dengan trayek dan shift masing-masing. Masalahnya, para pemulung ini tak kenal musim. Mau musim mangga, mau musim rambutan, musim hujan, panas, angin bahkan ketika tak ada musim apapun, mereka membuat sebuah musim sendiri : musim memulung 24/7 deng

SMS dari Bu Nengsih

Image
Hm, ini dia. Dari sederetan SMS-SMS spam, coba-coba, atau tipu-tipu yang ada, mungkin kita pernah dapat SMS dari Bu Nengsih. Kalau saya sering. Banget malah. Isinya kurang lebih begini :  "Selamat sore, saya bu Nengsih. Kalau ingin melanjutkan kontrak rumah, silakan hubungi Ir. Daryanto suami saya, di no 087967xxxx." (saya lupa detilnya karena setiap kali terima langsung saya hapus).  Sudah pasti saya tidak sendirian. Bu Nengsih ini rupanya juga mengirim SMS serupa ke teman main gaple saya : mas Wilo - sebut saja begitu. Lalu, kami mulai membahas SMS yang satu ini. Jelas penipu, meski tidak sealay mama minta pulsa, atau 'seprofesional' kabar pemenangan undian dari provider atau bank tertentu.  "Ini beda," ujar mas Wilo serius. Saya menyimak dengan tak kalah seriusnya.  "Coba mana ada orang Jawa namanya Nengsih. Ditulis dengan N-E-N-G-S-I-H. Yang bener kan NINGSIH. Ini pasti penipunya bukan orang Jawa." Sebelumnya, sori ya, ini tidak berm

(Barangkali ini) Cara Baru Anti Ditilang

Image
Based on true event. Pada suatu siang beberapa tahun silam, di ibukota. Saya dan Di, salah seorang sahabat saya iseng-iseng putar-putar Jakarta menaiki jeep lamanya yang ACnya sudah kembang kempis. Setelah kepanasan sepanjang jalan, kami memutuskan pulang ke rumahnya yang terletak di selatan Jakarta.  Mobil melewati Kuningan dan berbelok di bundaran dekat Pancoran, yang saat itu kondisinya belum seperti belakangan : di bawah jembatan pas duo belokan lampu merah banyak polisi yang sengaja duduk-duduk kongkow, dan sebagian lainnya berdiri 'menyempriti' para penerabas lampu lalu lintas yang sering kali menjebak pengguna jalan. Tak terkecuali Di ini, yang dengan pede dan inosennya mengikuti mobil di depannya menikung ke kiri. Saya sendiri, sebagai co-pilot yang tak punya SIM dan tak tahu tata cara lalu lintas, tugas saya sederhana :   say 'yes' atau 'no' kepada para pengemis dan pengamen yang mendekat, dan yang tak kalah penting : memutar CD-CD Duran Duran sampa

Adakah Lagu Dandgut yang Tidak Merintih?

Image
(Sebelumnya, saya ingatkan, ini bukan topik yang penting. Tapi mungkin bagi teman-teman yang punya pertanyaan serupa, ini akan sedikit memberi masukan - tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap musik dungdat, eh dangdut. Eh iya, sebenarnya, saya juga sempat diteror oleh beberapa sahabat yang memaksa saya menulis tentang dangdut, satu hal yang tanpa sengaja pernah saya akrabi sebentar, beberapa tahun silam... tapi itu sama sekali tak membuat saya menjadi pakar dangdut yang mumpuni. Yang saya tahu paling sebatas orgen tunggal dan goyang dombret. Selebihnya? Saya yakin, para sahabat saya yang ngakunya demen boys band dan rocker sebenarnya tahu lebih banyak...bahkan ada yang menempel foto raja dangdut di dinding toiletnya. Hayo ngaku aja deh.)  Btw, judul di atas adalah pertanyaan seorang teman saya pada suatu hari. Ar, sebut saja begitu : teman saya yang satu ini, punya selera musik yang limited, dengan tanpa memasukkan dangdut di dalamnya. Saya, tentu saja tidak bisa menjawab. I

Rindu Pak Pos

Image
Waktu kecil dulu, salah satu idola sekaligus pahlawan saya adalah Pak Pos. Saya ingat betul, setiap minggunya beliau akan datang mengantar majalah, dan surat-surat atau kartu pos. Dan setiap minggu pula, saya dengan setia akan menantinya dari balik pagar. Begitu mendengar bunyi 'kring-kring' sepedanya, saya akan buru-buru lari ke pintu. Rasanya luar biasa senang menerima kiriman-kiriman itu. Padahal belum tentu kiriman itu buat saya, tapi keramahan dan ketulusan Pak Pos tua yang mengantar entah kenapa membuat saya girang bukan kepalang. Dan, saya merelakan waktu bermain saya untuk menantinya setiap pekan.  'Obsesi' saya terhadap 'dunia' tukang pos, tak berhenti di situ. Kebetulan, dulu rumah kami dekat kantor pos. Selain sering disuruh beli perangko,  saat agak besar saya sering beli majalah Kuncung di sana. Kadang saya sengaja datang sebelum hari majalah seharusnya tiba, hanya untuk menikmati lantai marmernya yang dingin, melihat-lihat mangkok lem yang ditata

Fantasi Perempuan?

Image
Tahun ini, saya ikut-ikutan latah, beli buku "Fifty Shades of Grey". Dengan berbagai alasan : 1. katanya (trilogi) buku ini mengalahkan seluruh penjualan serial Harry Potternya J.K. Rowling. 2. Pas di toko buku, ternyata katanya dapat diskon lantaran saya punya kartu anggota. 3. Katanya isi bukunya semi-porn dan merupakan fantasi perempuan, termasuk adegan-adegan  bondage/discipline, dominance/submission, and sadism/masochism ( BDSM )   - penasaran kan? 4. Katanya lagi (dan ternyata memang iya), bukunya akan difilmkan. Entah kenapa ini menjadi daya tarik tersendiri bagi saya, meski faktanya banyak buku yang mengecewakan setelah difilmkan. 5. Para pembaca buku ini (saya baca komen-komen mereka di Amazon.com) membandingkan dengan buku "9 and a half Weeks" yang menurut saya cukup keren. Cukup keren, dan... erotik. Jadi, seharusnya 'sesuatu' dong?  Akhirnya, belilah saya "Fifty Shades of Grey" dengan begitu banyak 'harapan', plus pikiran tol