Adakah Lagu Dandgut yang Tidak Merintih?

(Sebelumnya, saya ingatkan, ini bukan topik yang penting. Tapi mungkin bagi teman-teman yang punya pertanyaan serupa, ini akan sedikit memberi masukan - tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap musik dungdat, eh dangdut. Eh iya, sebenarnya, saya juga sempat diteror oleh beberapa sahabat yang memaksa saya menulis tentang dangdut, satu hal yang tanpa sengaja pernah saya akrabi sebentar, beberapa tahun silam... tapi itu sama sekali tak membuat saya menjadi pakar dangdut yang mumpuni. Yang saya tahu paling sebatas orgen tunggal dan goyang dombret. Selebihnya? Saya yakin, para sahabat saya yang ngakunya demen boys band dan rocker sebenarnya tahu lebih banyak...bahkan ada yang menempel foto raja dangdut di dinding toiletnya. Hayo ngaku aja deh.) 

Btw, judul di atas adalah pertanyaan seorang teman saya pada suatu hari. Ar, sebut saja begitu : teman saya yang satu ini, punya selera musik yang limited, dengan tanpa memasukkan dangdut di dalamnya. Saya, tentu saja tidak bisa menjawab. Ini pertanyaan yang bisa jadi ilmiah dan perlu riset mendalam, namun sayangnya tidak saya kuasai. Saya juga sempat bingung, kenapa teman saya ini mendadak melontarkan pertanyaan tadi.

Setelah saya ingat-ingat, ternyata ada dua hal yang membuatnya bertanya-tanya tadi : Pertama, ia trauma pada musik dangdut sejak akil balik, gara-gara nyaris jadi object of desire seorang biduanita dangdut amatiran di kampungnya. Lalu yang kedua, belum lama, sekitar puasa lalu, saat saya naik angkot saya sengaja menelponnya, sambil bercerita betapa angkot ini membuat hati dan kepala saya ajut-ajutan setengah mampus, lantaran sopirnya memutar lagu disko dangdut pantura yang membahana -- dan ANEHNYA -- saya perhatikan ditengah-tengah lagu akan muncul teriakan sang biduanita : "Pantura!" (Apakah ini tanda legitimasi kalau lagu itu adalah dangdut Pantura? Entahlah saudara-saudara).  Rasanya kalau nggak ingat jalanan yang krakalan saya mau lompat dari angkot setiap kali mendengar teriakan 'Pantura' tadi. Atmosfir yang saya rasakan saat itu campuran antara : kaget, geli, sekaligus ngeri. Entah kenapa, saya sendiri tak bisa menjelaskan hingga sekarang. 





Ini jelas topik yang tidak penting. Tapi rupanya pertanyaan tadi sempat menghantui kami berdua. Kami bahkan mencoba menelisik lagu-lagu dangdut yang pernah kami dengar, tapi karena pengetahuan yang terbatas, diskusi demi diskusi selalu gagal mendapatkan jawaban.

Kami berdua cuma muter-muter soal lirik dangdut yang tentang janda kembang kesepian, duda keganjenan, rayuan yang merintih dan mendesah, atau akhirnya jangan bedagang atau berjudi. Sudah. Mentok. Dan akhirnya pada suatu diskusi, kami sepakat untuk mevakumkan topik yang satu ini.  

Sampai akhirnya pada suatu hari, setelah sekian bulan berlalu. Ar, teman saya itu menelpon. Dia bilang begini : "Tahu nggak, ternyata ada lagu dangdut yang anti merintih!" 

"Ah masak sih?" jelas saya tidak percaya begitu saja. 
"Bener! Ini gue barusan turun dari bus yang nyetel lagu 'Aku bukan Pengemis Cinta'. 
"Apa?!" teriak saya, antara kaget, geli dan cemas. Cemas lantaran ini topik yang 'mencemaskan' keilmuan dangdut saya yang belum berkembang. 
"Beneran! Liriknya bener-bener beda!" katanya dengan bangga, seolah menemukan species binatang langka yang tinggal satu biji.
"O ya?"
Penasaran juga.

Tiba-tiba, teman saya meneriakkan lirik lagu "Aku bukan pengemis cinta yang selalu harus mengalah, bila diputuskan cinta oleh sang kekasih. Wanita bukan kamu sajaaaa."
"Cukup!" teriak saya.
"Saya faham!" (Terus terang, saya tak kuat dengan lengkingan dan cengkok dangdutnya yang jauh dari sempurna dan membuat perut saya mules seketika.) 
Teman saya itu tertawa senang. "Ini lagunya lebih macho dari lagu-lagunya Rhoma." 
"Ya ya ya!" 
"Gue akan memasukkannya ke catatan, ternyata akhirnya ketemu juga lagu dangdut yang tidak cengeng, tidak mengiba-iba, anti mengemis cinta dan tanpa rayuan tingkat dewa mabuk," lanjutnya girang.
"Berarti akhirnya pertanyaanmu terjawab?" potong saya secepatnya.
"Iya. Misteri terpecahkan." 

Sekali lagi, saya ingatkan ini bukan topik yang penting. Yang pasti, sejak saat itu kami tak pernah lagi membahas musik dangdut. Ini yang membuat saya cukup lega. Meski belakangan, ia memberi saya pertanyaan baru yang belum sempat saya pikirkan jawabannya : kenapa rocker (juga) cengeng? Mungkin, kali ini saya terpaksa harus telpon Amy Search dulu.  Eh, tapi, sepertinya dengan atau tanpa bantuan pakcik Amy, saya akan mencoba menjawab pertanyaan tadi - kalau sudah ada waktu. Serius. 





Comments

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"

'egla-egle' bak cuaca