Posts

Showing posts from February, 2012

'alias' part 1

Image
Saya dengar pria suka menamai penis mereka. Sebuah survei di Amerika membuktikan hal itu.  Mereka memberi nama yang menurut saya cukup aneh dan lucu. Kalau tak salah 'John Doe' adalah salah satunya - asal tahu saja 'John Doe' adalah istilah yang digunakan petugas crime lab, detektif atau polisi untuk laki-laki korban kejahatan yang tanpa identitas. Sisanya jelas memilih alias yang terdengar macho dan mendekati kesan perkasa seperti ' stallion' , 'terminator'   hingga   'sex pistol' .  Waow! Saya mencoba mengerti betapa pria teramat sangat bangga dan mencintai penis mereka, hingga menyebutnya dengan ratusan nama, yang bisa jadi dipikirkan secara mendalam melalui tirakat dan semedi 7 hari 7 malam.  Di Indonesia, istilah 'penis' termasuk cukup jarang digunakan. Kebanyakan orang (lagi-lagi) memberi nama alias untuk penis.  Sebagai contoh, media jaman sekarang lebih suka menyebutnya Mr. P - yang menurut saya terlalu kurang jelas, P kan bisa

once upon a time in jogja #1

Image
Ini kisah sebelum jaman krismon, ketika harga karcis naik bus kota buat pelajar hanya 100 perak saja - itu kalau jarak dekat. Rada jauh 150, jauh 200. Ini seingat saya adalah harga standar di Jogja. Kurang tahu kalau di daerah lainnya.  Kala itu yang namanya kejahatan di angkutan umum belum segila sekarang. Pelecehan seksual belum marak - meski jelas bukannya tak ada, paling banter ya copet (nanti kapan-kapan saya akan ceritakan pengalaman saya saat bertemu dengan jenis profesi ini),  atau kondektur yang galak, jadi naik angkot - terutama bus kota memiliki romantika tersendiri.  Duduk atau berdiri sama saja. Dan itu bukan sekedar 'iklan layanan masyarakat' versi pemilik bus kota yang disablon di atas sticker murahan. Masalahnya, duduk dan berdiri toh sama bayarnya. Resikonya juga gak banyak beda. Berdiri gampang disundul kiri kanan depan belakang, resiko kecopetan saat senggolan itu jauh lebih besar. Belum termasuk aroma ketiak tetangga saat bergelantungan. Plus diteriaki

'egla-egle' bak cuaca

Image
Belakangan cuaca benar-benar tak bisa diprediksi. Hujan, panas, mendung, geledek hingga badai bisa datang dan pergi sesuka hati. Satu menit cerah ceria, eh menit berikutnya hujan turun begitu saja. Saya yakin BMG dan para peramal cuaca juga kelimpungan membaca apa yang akan terjadi. Dan mungkin kali ini, apa boleh buat - para pawang hujan lebih berjaya, bahkan mungkin menjadi profesi yang paling panas di musim yang tak karuan ini.   Hari ini saja misalnya, pagi dingin, lalu matahari bersinar cerah, otomatis cerah dong, eh tapi satu jam kemudian mendung sudah menggantung dan tik tik tik bunyi hujan diatas tanah. Kabar gembiranya : saya tak perlu menyirami kebun. Kabar buruknya : cucian tak kering. Kalau ingat cucian, saya jadi sering kesal merasa dipermainkan oleh cuaca yang seenak udelnya ini. Dan entah kenapa itu mengingatkan pada seorang mantan saya yang tampaknya menganut motto : esuk dele, sore tempe, sesuk sak karepe dewe alias 'egla-egle' sebuah kata Semarangan yang ar

hidup ini adalah pilihan?

Image
Saya sudah menyerah pada banyak hal, antara lain:  * Saya tidak lagi pasang antena TV - dan tidak nonton TV membuat saya bisa tidur siang, baca buku hingga membantu mengejar ayam tetangga, dan yang terpenting tidak merasa ter- attach : wah jam 21 ada CSI nih, jam 19 ada American Idol nih, belum lagi sederetan acara infotainment yang bisa bikin pusing kepala, plus tak perlu marah-marah kalau salah mencet  channel nemu sinetron yang mengisahkan anak hilang ketemu ibu angkat berupa wewe gombel.  * Saya tidak lagi merokok. Karena saya bosan keseringan ke dokter gigi, ngebersihin karang yang menempel. Plus harga rokok makin mahal, dan baunya nempel di rambut saya yang wangi. * Tidak tidur terlalu larut, meski kadang kalau sudah ngobrol sama sahabat tahu-tahu sudah jam 4. Lha gimana nggak kebablasan, wong jam murah telpon adalah 00:00 - 06:00 WIB.  * Tidak lagi memacari pria langsing gondrong yang tidak gentleman itu. (sori yang ini memang nyindir, siapa tahu doi baca)  Kat