barbie-licious atau babu-licious?


Okay, belakangan muncul istilah-istilah baru yang di luar dugaan, maksudnya dugaan saya sebagai manusia biasa yang bukan pakar bahasa. Yah sebut saja : beauty-licious, lalu bootylicious - ini setelah muncul trend selebritis berbokong gede : J-Lo dan Beyonce. Bahkan konon 'bootylicious' sudah resmi jadi kata bahasa Inggris (Amerika) baru. Akibatnya, kalau ada seleb berbokong bagus, atau difoto pas angle-nya bagus langsung muncul caption 'bootylicious' tadi. 

Nah, belakangan lagi, saya dengar-dengar dari sumber yang tak begitu resmi, muncul istilah baru yang hadir gara-gara selebritis yang terobsesi untuk menjadikan fisik mereka ala boneka Barbie : barbie-licious.  Diawali oleh Pamela Anderson yang merombak dadanya ala melon, dan membuat para dokter plastik kewalahan dengan orderan serupa. Saya pernah membaca, Pamela adalah contoh 'manusia barbie' masa kini : rambut panjang 'nandan-nandan', dada bundar, pinggang kecil dan paha ramping. Dan banyak perempuan lantas pengen jadi seperti dia. 



Eh, maju lagi, ada Krisdayanti yang juga terang-terangan mengaku sebagai fan berat Barbie rupanya juga pengen tampil ala boneka cantik tersebut. Sah-sah saja. Dan KD memang tampaknya tak ragu membuat wajahnya secantik boneka, hidung lebih lancip, bibir lebih tipis dan kulit sekinclong porselen habis dilap. Lalu yang paling mutakhir adalah tehnologi operasi plastik Korea yang bahkan bisa mengubah rahang dan dagu sepanjang sepuluh sentimeter menjadi separonya. Demi image sempurna ala Barbie tadi, seolah semua harus dilakukan. Sampai-sampai belakangan muncul poster sindiran pasangan yang sempurna berkat oplas dengan anak-anak mereka yang berwajah jauh dari standar Barbie tadi. 

Padahal, setahu saya, standar kecantikan itu tidak sama. Telinga panjang dan berlubang di Kalimantan, rajah di wajah buat beberapa suku Amazon, atau leher panjang di Thailand adalah standar khusus yang barangkali sekarang kurang diminati apalagi dihargai manusia modern. Plastik yang sempurna dianggap lebih berarti. Bentuk yang seragam kok malah jadi trend andalan. Tapi ya terserah saja. Demi Barbie-licious toh? 




Eh, beberapa tahun silam, saya nyaris .... sedikit lagi... menciptakan sebuah istilah baru yang sebenarnya setelah saya pikir-pikir ulang, bisa jadi trend bahasa slank alay. Ya model-model 'licious' tadi...  Begini ceritanya :
Saat itu saya tinggal di kawasan Puncak yang dingin. Di musim hujan, air benar-benar kayak dilelehkan dari bongkahan es alias super dingin. Kadang, saya tidak mandi berhari-hari, dan merasa tetap wangi. Di musim dingin seperti itu kalau pagi, masih dengan baju ala kadarnya saya jadi suka berjemur. Karena mengejar matahari yang tak jelas kepastiannya, kadang saya nggelosor begitu saja di bangku taman, atau berjalan berkeliling, tanpa sisiran. 

Suatu kali tetangga saya kedatangan tamu, sebuah mobil sejenis Avanza berisi beberapa penumpang, persis saat saya berjemur tak jauh dekat 'kebun berjamaah' kompleks rumah kami yang kecil. Isinya dua orang ibu-ibu dan seorang bapak di belakang kemudi, plus seorang pembantu mereka. Dua orang ibu tadi lantas langsung masuk ke dalam rumah tetangga saya yang kebetulan pintunya sudah terbuka. Sementara saya sedang beringsut pindah lokasi lantaran sinar matahari mulai tertutup pepohonan...




Tiba-tiba, bapak tadi berteriak memanggil saya supaya memindahkan jemuran. Awalnya, saya cuek saja, nggak ngeh. Eh, bapak tersebut malah membuka jendela mobilnya dan sekali lagi meminta saya memindahkan jemuran lantaran ia akan memarkir mobilnya di situ. Cara memintanya memerintah seolah saya adalah pembokatnya. Benar-benar terdengar kurang sopan di telinga. 
"Eh Pak, saya bukan pembantu ya!" teriak saya spontan. Enak aja!
Dan saya tinggalkan mereka begitu saja dengan dongkol dan geli sekaligus. Saya baru sadar, dengan daster lusuh yang ujungnya agak compang-camping, rambut panjang anti sisiran, plus sedikit keringatan...membuat penampakan saya sangat mencitrakan babu-licious yang seperti barusan ngepel setengah lapangan basket tanpa jeda. 

Sebenarnya, setelah itu saya pikir-pikir, apa salahnya ya dikira babu? toh Inem pelayan seksi lebih menarik daripada majikannya? Sayang, saat itu saya sudah telanjur kesal dianggap babu. Padahal, dalam hati saya juga lebih suka dikatakan babu-licious ketimbang barbie-licious. Selain berguna bagi sesama, babu jauh lebih manusiawi ketimbang barbie toh? Andai saja kesempatan untuk mempopulerkan babu-licious tadi masih ada... 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"

'egla-egle' bak cuaca