'egla-egle' bak cuaca

Belakangan cuaca benar-benar tak bisa diprediksi. Hujan, panas, mendung, geledek hingga badai bisa datang dan pergi sesuka hati. Satu menit cerah ceria, eh menit berikutnya hujan turun begitu saja. Saya yakin BMG dan para peramal cuaca juga kelimpungan membaca apa yang akan terjadi. Dan mungkin kali ini, apa boleh buat - para pawang hujan lebih berjaya, bahkan mungkin menjadi profesi yang paling panas di musim yang tak karuan ini.  


Hari ini saja misalnya, pagi dingin, lalu matahari bersinar cerah, otomatis cerah dong, eh tapi satu jam kemudian mendung sudah menggantung dan tik tik tik bunyi hujan diatas tanah. Kabar gembiranya : saya tak perlu menyirami kebun. Kabar buruknya : cucian tak kering. Kalau ingat cucian, saya jadi sering kesal merasa dipermainkan oleh cuaca yang seenak udelnya ini. Dan entah kenapa itu mengingatkan pada seorang mantan saya yang tampaknya menganut motto : esuk dele, sore tempe, sesuk sak karepe dewe alias 'egla-egle' sebuah kata Semarangan yang artinya kurang lebih : plin-plan abez. 


Saya bukan pawang hujan (dulu pernah mau kursus kilat tapi gagal karena salah bawa menyan, lha saya beli menyan gaul berbentuk dora emon, akibatnya karena dianggap tak serius, saya DO sebelum kelas dimulai). Saya juga bukan pakar relationship, dan saya tidak pernah kelar membaca buku "Men are from Mars, Women are from Venus" karena entah kenapa saya selalu mengantuk. Tapi saya yakin kalau tak seorang perempuan pun yang menyukai pria dengan segala cuaca alias plin plan. Meski saya dengar banyak perempuan yang menyukai dukun saat ditolak cintanya. 




http://media.photobucket.com/image/crazy%20weather/mickleigh11/NewLook/lightning1.jpg


Saya pernah menjalin sebuah relationship yang bukan hanya 'long' tapi juga 'winding'. Terus terang kalau ingat, saya juga bingung sendiri, bagaimana saya mempertahankan hubungan tersebut sekian lama. Mantan saya itu, seorang pria yang tidak pernah punya pendirian. Bahkan untuk hal-hal yang tampaknya sepele sekalipun. Kadang omongannya membuat seolah saya adalah penderita amnesia. Bagaimana tidak, wong tadi baru bilang 'tidak' kok sejam kemudian 'ya' - akibatnya jelas saya yang merasa punya ingatan cukup baik, mendadak berpikir ini yang amnesia dia atau saya sih? 


Dan seperti halnya betapa seringnya cuaca berganti dalam sehari belakangan, mantan saya itu juga begitu cepat berubah. Lucunya, saya masih ingat ia selalu mengatakan kalau orang itu (setelah dewasa) tak akan bisa berubah sifat dan habitnya. 


Sekarang, tampaknya mantan saya itu sudah bersama wanita yang punya alat deteksi cuaca dan tsunami sekaligus, buat jaga-jaga kalau badai topan dan halilintar datang silih berganti. Dan saya berharap ia bisa menggunakan alat tersebut dengan baik, serta semoga belum rusak sebelum waktunya. Saya sendiri? Mungkin kali ini saya malah perlu memacari pawang hujan, just in case



Comments

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"