'alias' part 1

Saya dengar pria suka menamai penis mereka. Sebuah survei di Amerika membuktikan hal itu.  Mereka memberi nama yang menurut saya cukup aneh dan lucu. Kalau tak salah 'John Doe' adalah salah satunya - asal tahu saja 'John Doe' adalah istilah yang digunakan petugas crime lab, detektif atau polisi untuk laki-laki korban kejahatan yang tanpa identitas. Sisanya jelas memilih alias yang terdengar macho dan mendekati kesan perkasa seperti 'stallion' , 'terminator'  hingga  'sex pistol'.  Waow! Saya mencoba mengerti betapa pria teramat sangat bangga dan mencintai penis mereka, hingga menyebutnya dengan ratusan nama, yang bisa jadi dipikirkan secara mendalam melalui tirakat dan semedi 7 hari 7 malam. 


Di Indonesia, istilah 'penis' termasuk cukup jarang digunakan. Kebanyakan orang (lagi-lagi) memberi nama alias untuk penis.  Sebagai contoh, media jaman sekarang lebih suka menyebutnya Mr. P - yang menurut saya terlalu kurang jelas, P kan bisa saja 'peanut', 'pencil' atau malah mengingatkan pada merek snack kacang. Lalu kalau tidak ya Mr. Big - pertanyaannya apa benar 'big?, dan apakah 'big matters'?  Selanjutnya yang menurut saya juga rada ambigu adalah : Mr. Happy.  Hmmm, apa benar semua penis happy? atau setidaknya, bisa membuat happy?  Kok saya jadi melihat pemujaan yang rada berlebihan terhadap penis dalam berbagai media dan kesempatan. Lihat saja baju para superhero, hingga patung-patung dan ukiran di candi, di mana rata-rata penis digambarkan ereksi dan berukuran raksasa. 






http://joonbug.com/media/Be6arCeRrd0/pickle2.png


"Saya bersyukur lahir sebagai wanita, (karena) saya tak bisa membayangkan setiap bangun pagi harus kawatir saya masih bisa ereksi atau tidak." - Sharon Stone 


Wanita nyaris tak pernah memuja vagina mereka, kecuali mungkin bintang porno. Saya sangat jarang mendengar ada wanita yang memberi nama vaginanya. Tapi, ada V Day, yang harusnya jatuh di bulan ini. Dan ini bukan sekedar hari vagina, melainkan 'The Vagina Monologues" :  sebuah drama panggung untuk memprotes Violence terhadap vagina dan pemiliknya. Berbanding terbalik dengan pria, di sini vagina justru jadi sumber keprihatinan. Monolog kreasi Eve Ensler ini berisi kisah-kisah (wanita) yang berkaitan dengan kekerasan seksual, menstruasi, perkosaan, hingga mulitasi. Sesuatu yang tampaknya jarang dipikirkan pria saat menamai penis mereka. 


Untuk semua perempuan korban kekerasan seksual. Happy V Day. You're the true warriors!

Comments

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"

'egla-egle' bak cuaca