Raffi atau Kimmy?
Salah satu berita tentang selebriti
yang paling menggelikan, menurut saya adalah ketika Kim Kardashian membatalkan
pernikahannya dengan pebasket NBA Kris Humphries Oktober 2011 silam. Gimana
nggak lucu, saat kabar pembatalan diluncurkan, para tamu yang sempat memberi
kado pasangan ini menuntut kembali sumbangan mereka, dengan dalih pernikahan belum sampai 3 bulan. Kim dan Kris menikah hanya 72 hari saja. Dan menjelang
pernikahan, Kim merilis wewangian yang disebut sebagai ‘wedding fragnance’, dengan
label Kim Kardashian Love.
Dua episode khusus di E! menayangkan
pernikahan heboh Kim – Kris. Bahkan foto-foto pernikahan mereka secara ekskulsif juga dibeli tabloid gossip. Saat membatalkan pernikahan, Kim
meminta Kris membayari seluruh biaya pernikahan yang dikeluarkan. Banyak yang
mengatakan kalau pernikahan tersebut hanyalah publisitas belaka, tak lebih
untuk mempromosikan nama klan Kardashian agar reality show mereka makin banyak
penontonnya – plus, tentu saja produk-produk yang dibintangi keluarga ini.
Dan sekarang orang-orang menanyakan
hal serupa berkaitan dengan pernikahan Raffi : “Kadonya bisa diklaim nggak
kalau mereka batal menikah atau cerai?”
Tapi yang jelas, bagi saya pernikahan
Raffi ini lucu. Lebih karena, terutama banyak yang bilang tak suka, tapi terus
saja menonton dan tak berhenti membahasnya. Ada yang sekedar mengeluh, sembari
bertanya-tanya : kok bisa-bisanya ada dua stasiun TV sekaligus yang menayangkan
secara eksklusif pernikahan ini plus segala tetek bengeknya. Ada yang protes
lantaran dianggap mengumbar kemewahan di televisi (lho bukannya ini sudah dipioneri
oleh sinetron-sinetron gila itu?). Ada pula yang daleeeem banget,
mempertanyakan kolerasi pernikahan mewah dengan kelanggengan pernikahan.
Pernikahan Raffi,
menurut saya adalah pernikahan antara selebriti dan televisi, alias joint
venture
cari untung bareng. Yang mau nikah mau kok diekspose selama dibayarin, dan yang
‘ngebayarin’ juga mau lantaran sponsor yang ditawari mau pasang iklan. Sah kan?
Jadi kenapa harus dibahas? Sudah tahu bagaimana stasiun televisi akan mencari
untung sebanyak-banyaknya dari peristiwa apapun yang bisa diekploitir, dan
dijual.
Raffi, yang sudah bertahun-tahun jadi
salah satu sosok andalan beberapa stasiun televisi sekaligus, sudah pasti dalam
hitungan akan menghasilkan uang saat ultah, sunatan, apalagi menikah. Kaum ibu,
gadis-gadis hingga babu (maaf) sudah pasti akan menantikan idola mereka duduk
di singasana, sambil barangkali memelototi siapa saja seleb lainnya yang akan
berdatangan ke resepsi.
Di Indonesia, bagi sebagian orang,
pernikahan seleb melebihi pernikahan kerabat sendiri. Beberapa bulan silam,
saya benar-benar terpana sendiri melihat bagaimana seorang mbak-mbak manis
penjaga resto, menangis di depan pesawat televisi ketika menonton Dude Herlino
menikah. Para pemain sinetron atau bintang TV itu bagi mereka adalah sosok
sangat penting, bahkan mungkin celakanya : inspiratif. Coba saja cek nama-nama
bayi dan balita jaman sekarang yang sangat terpengaruh nama-nama seleb idola.
‘Sialnya’, beberapa tahun lalu saya pernah menjadi saksi hidup, seorang bayi
diberi nama persis judul sinetron : Cinta Fitri.
Terlalu naïf juga, kalau
menghubungkan langgengnya pernikahan dengan sebuah pesta besar-besaran,
ditayangkan di TV pula. Bahkan Charles – Diana, yang didoakan seluruh Inggris
Raya (barangkali, kecuali Camilla) pun tak langgeng. Ini jelas tak ada
hubungannya. Saya kira di jaman ‘are gene’, tiap orang punya versi dan alasan
tersendiri untuk menikah. Tiap orang juga memiliki versi tingkat kesakralan
yang berbeda akan sebuah pernikahan. Lalu, masih perlukah kita membahas pernikahan
Raffi?
Comments
Post a Comment