Diramal oleh Mama...

Dekade silam saya pernah bekerja cukup lama pada seorang Madame. Seorang perempuan paruh baya yang masih sangat lincah dan menarik. Kaya, tentu saja. Beliau kebetulan dulunya pernah jadi aktris dan model, sebelum akhirnya puluhan tahun kemudian memutuskan untuk menggeluti iklan luar ruang.  

Salah satu 'hobi' bos saya ini adalah : diramal. Dan itupun harus oleh peramal kelas wahid yang kliennya para pebisnis dan politisi papan atas - belakangan sebelum menjadi sangat populer sang peramal yang kini sudah almarhumah ini sering muncul di televisi sekedar meramal nasib para selebritis. 

Nah, beberapa tahun sebelum namanya menjadi acuan peramal  senusantara, saya agak sering diajak oleh bos untuk mengunjunginya. Kadang sekedar nemenin, kadang sekedar nungguin, kadang sekedar menjaga tasnya - karena takut ilang, sampai akhirnya pada suatu kali, beliau bilang pada saya begini : "Dik, sekarang kan tarifnya per jam. Jadi nanti kalau aku sudah kelar, kamu masuk aja."
Dengan bloon saya bertanya : "Terus ngapain Mbak?" 
"Ya minta diramal. Sayang kan mbayarnya satu jam, konsultasinya paling lama empat puluh menit." 
Saya mengangguk. Dilema. Sumprit. Pertama, ini adalah peramal kelas dewa yang katanya sempat membuat ramalan cespleng soal Pemilu 1999, kliennya juga kelas Senayan...pasti ramalannya hebat. Tapi... nah ini yang kedua, meski penasaran, saya sebenarnya lagi nggak kepengen diramal. Waktu itu kehidupan pribadi saya sedang kacau, jadi tanpa diramal pun saya sudah bisa menebak... dan saya juga tak ingin tahu dari orang lain apa yang akan terjadi. 




Eh, tapi...ramalan bos saya benar, baru 35 menit beliau sudah keluar. 
"Ayo Dik masuk aja! Eman-eman mbayare larang."
Dengan setengah terpaksa saya masuk ke dalam ruangan berukuran sekitar tiga kali tiga meter tersebut. Sang Mama, sudah duduk di belakang meja kecilnya. Di atas meja tampak aneka jenis kartu ramalan, dan sebuah bola kristal. Dan saya pun duduk di kursi yang sudah disediakan dengan canggung. Setelah berkenalan, Mama pun menanyakan saya kepingin tahu tentang apa. 
Bingung, saya lama banget mikirnya. Beberapa menit kemudian, saya sadar kalau waktu terus berjalan, dan tentu saja Mama itu bingung, mungkin dalam hatinya, baru kali ini ada orang yang tak antusias beliau ramal.

"Yah apa ajalah..." akhirnya saya menjawab pasrah.
Lantas beliau menyuruh saya mengambil sebuah kartu. Saya tak ingat kartu apa yang saya ambil, mungkin waru, yang pasti bukan kartu kredit. 
"Nanti kamu akan pindah (tinggal) sendiri. Nggak usah takut. Setelah itu, kamu akan dapat kerjaan baru yang lebih baik."
Saya mengangguk, dan salaman sebelum keluar. Dalam perjalanan pulang, bos saya menanyakan isi ramalannya, saya jawab ala kadarnya...Lha kalau saya bilang akan dapat kerjaan baru, jangan-jangan saya malah dikeluarin saat itu juga. Eh, tapi ternyata ramalan beliau tidak kejadian. Dan saya sendiri lantas malah lupa. 

Anehnya, setahun kemudian, kejadian serupa terulang lagi. Seperti biasa, bos saya minta ditemani, dan dengan alasan fee ramalan yang makin naik, maka akan rugi kalau sisa waktu tak dimanfaatkan sebaik mungkin. Kali ini, saya sedikit lebih siap. Bukan apa-apa, kebetulan kan ramalan yang sebelumnya tidak terjadi, jadi ngapain takut diramal. Hehe. Dan, benar setelah bos saya keluar dari bilik ramal, sayapun masuk. Dengan lebih pede saya duduk. Saya tak begitu yakin, apakah sang Mama ini masih ingat pada saya, atau ramalannya setahun silam. Dan ketika ditanya minta diramal pakai apa, saya dengan nekad menjawab : garis tangan saja. 

Beliau lantas meminta saya menyodorkan tangan kiri. Dan selama beberapa menit, dipelajarilah garis-garis tangan saya yang kalau saya perhatiin cuma terdiri dari dua garis utama saja. 
Tak lama beliau berkata : Tahun depan ini kamu akan bertemu dengan orang (dari negara) asing. Dia akan berbisnis atau menjalin hubungan asmara denganmu. Selebihnya semua akan berjalan seperti biasa. 
Saya tersenyum lebar. Ini dia ramalan yang saya tunggu-tunggu. Akan ketemu Kevin Costner atau Ken Watanabe. Cihuiiii!
Dan apa yang terjadi? Benar, tahun depannya saya bertemu beberapa orang asing. Tapi, you know what? Nggak ada satupun yang berbisnis ataupun tertarik pada saya.  Sejak saat itu, entah kenapa saya tak pernah diramal. Atau meminta diri diramal. Malah kadang saya mikir, jangan-jangan saya kebal diramal...lha faktanya hampir semua ramalan nggak pernah nyangkut.  Ya sudahlah, akhirnya saya pikir-pikir, jelek atau baik, ya biarlah takdir yang menentukan. Malah irit... 


Comments

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"

'egla-egle' bak cuaca