BBM-an yuk!

Dua hari yang lalu, salah seorang teman baik saya sekaligus teman lama, bercerita kalau akhirnya ia menyerah juga untuk tidak membeli BlackBerry. Saya sendiri dengan pongah mengatakan : "Ah saya mah tidak tertarik pakai BB. Mahal kurang berguna." 


Mendengar jawaban saya, teman yang baik hati itu terkejut. Dengan diplomatis ia bilang kalau pakai BB karena bisa 'ketemu' BBM-an dengan sesama pengguna dari jaman sekolah dulu. Wah saya jadi nggak enak juga ngejawab terlalu jujur. Hanya saja, memang saya tidak tertarik menggunakan BB sebagai modus komunikasi, ini plus alasan-alasan klasik nan 'kemampleng' versi saya, seperti : BB kan dibikin di Malaysia - dan saya memegang teguh prinsip tidak akan beli produk Malaysia (kecuali tidak tahu), BB kuno dibanding android dan tentu saja iPhone (yang keduanya juga tak saya miliki), dan sebuah BB dengan segala fiturnya itu mahal menurut kelas saya. 








Di luar semua itu, saya juga adalah manusia yang aneh. Saya tidak suka produk yang terlalu 'merajalela dimana-mana' macam BB ini, nggak eksklusif dong. Saya juga merasa hanyalah outsider saat SMA, dan saya nggak suka memaksakan diri untuk pura-pura 'hip' diantara orang-orang yang jangan-jangan juga tidak mengingat keberadaan saya dulu. Jangan salah, it's okay. Saya malah menikmati ke-outsider-an saya. Karena saya bisa bolos, nonton film dan baca komik tanpa banyak yang sadar saya tak ada di kelas, dengan resiko nilai rapot dan ijasah pas-pasan tentu saja. 


Saya bahagia kalau ternyata BB bisa mendekatkan begitu banyak manusia. Tapi saya akan lebih bahagia lagi kalau saya tak perlu repot-repot masuk ke dalam komunitas BB tersebut. Di jaman yang serba instant dan penuh tehnologi ini, saya malah kangen masa-masa lalu dimana manusia berteman dengan sentuhan yang lebih manusiawi (dalam versi saya tentunya) : ketemu, telpon, surat-suratan. Repot memang. Nggak jaman dan 'ngunani'.  


Memang sungguh sangat disayangkan kalau saya akhirnya memilih tidak mengikuti arus banyak orang.  Lha wong, saya malah sedang mengurangi pemakaian dan ketergantungan terhadap tehnologi. Yah, fungsional aja gitu deh. 


Maafkan saya teman-teman yang baik. Sekali lagi, sampai kapan pun saya tidak akan menggunakan BB, dan percayalah, saya akan selalu punya alasan untuk menolaknya hehehe. 

Comments

Popular posts from this blog

Santa Cruz; the 'Spin-off'

WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"

'egla-egle' bak cuaca