WOMEN LEAD, PEREMPUAN TANPA "dapur, sumur dan kasur"
LIMA tahun silam, Rany Handayani bermimpi ingin membuka galeri. Ia membayangkan sebuah galeri yang menggelar pameran yang tak biasa. Sesuatu yang tidak mainstream. Ia ingin seniwati, atau seniman-seniman lain yang selama ini kurang mendapat tempat untuk memamerkan karya bisa beraksi di situ. Sudah lama, Rany ‘bosan’ dengan pameran seni rupa yang didominasi karya laki-laki. Ide “women lead” tercetus dari keinginan ini. Sebuah pameran yang didominasi, bahkan sepenuhnya oleh perempuan pelukis. “Ini sebuah visi kecil,” jelas Rany, yang tak lain pemilik Iris Gallery – sebuah impian yang akhirnya sudah menjadi kenyataan sejak lima tahun lalu. “Saya membayangkan sebuah dunia yang dipimpin perempuan. Selain juga barangkali, sedikit refleksi ke masa depan, seperti misalnya kemungkinan Hillary Clinton akan memenangi kursi presiden Amerika Serikat.” Rupanya Rani juga punya semangat feminis, ia ingin perempuan setidaknya bisa sejajar dengan laki-laki. “Selama i...